Selasa, 14 Juni 2011

Ekologi Hewan


  EKOLOGI :
  Salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari perihal antar hubungan pengaruh-mempengaruhi dan kesaling bergantungan antara organisme dengan lingkungannya.
  EUGENE ODUM (1963)
  EKOLOGI :Sebagai kajian tentang STRUKTUR dan FUNGSI Alam
  KREBS (1972) EKOLOGI :Ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme. Dalam definisi ini faktor-faktor lingkungan telah secara implisit tercakup dalam pengertian interaksi
  DARNELL (1971) EKOLOGI :Sebagai Ilmu yang berkaitan dengan tanggapan (respons) Makhluk, secara sendiri-sendiri dan dalam kelompok, terhadap faktor lingkungan, yang bertindak secara tunggal atau bersama-sama.
  PERKEMBANGAN EKOLOGI HEWAN  :
  Sebagai salah satu cabang ilmu ekologi, yang memusatkan materi bahasannya pada kelompok organisme berupa hewan, mencakup :
   Distribusi serta kelimpahan populasi
  Pengaturan fisiologi, respons dan adaptasi struktural dan perilaku terhadap perubahan lingkungan
  Perilaku dan aktvitas hewan dalam habitatnya
  Perubahan berkala, kehadiran, aktivitas hewan
  Dinamika populasi dan komunitas dan interaksi
  Pemisahan-pemisahan relung ekologi
  Produktivitas dan eko-energetika
  Ekologi sistem dan permodelan ekologi
EKOLOGI HEWAN sebagai ILMU
  Ekologi sebagian besar berkepentingan dengan populasi, dan komunitas
  Populasi menyatakan sekelompok organisme
  Komunitas menyatakan semua populasi yang berdiam suatu tempat
  Perkembangan ekologi menurut sejarah, ekologi hewan kebanyakan adalah menyangkut Populasi dan
   ekologi tumbuhan kebanyakan menyangkut komunitas.
Aspek Terapan Ekologi Hewan
  Berbagai konsep dan asas dalam ekologi hewan sejak lama memberikan nilai-nilai terapan dalam kehidupan manusia, menyangkut pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan serta kesehatan dan pengelolaan maupun konservasi satwa liar.
  Konsep KISARAN TOLERANSI dan FAKTOR PEMBATAS banyak diterapkan dalam pertanian, dan perkebunan, peternakan dan perikanan bahkan masalah pengendalian populasi hama.
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
  HUBUNGAN HEWAN DAN LINGKUNGAN BERSIFAT TIMBAL BALIK
  SETIAP HEWAN HANYA DAPAT SURVIVED (SINTAS), TUMBUH DAN BERKEMBANGBIAK DALAM SUATU LINGKUNGAN YANG MENYEDIAKAN KONDISI YANG COCOK BAGINYA, KUALITAS DAN KUANTITAS SUMBERDAYA YANG DIPERLUKANNYA, SERTA TERHINDAR DARI FAKTOR-FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK YANG MEMBAHAYAKAN.
KONDISI DAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN
  Faktor –faktor lingkungan hewan , baik yang bersifat abiotik maupun biotik dapat ditinjau dari dua aspek fungsional yang berbeda adalah :
  1. Lingkungan sebagai kondisi
  2. Lingkungan sebagai sumberdaya
  Istilah Kondisi Lingkungan terutama digunakan untuk menunjukkan suatu :
  Besaran, kadar ataupun intensitas faktor-faktor  abiotik dari lingkungan misalnya : Suhu, pH, Kelembaban, kandungan oksigen, dll
  Istilah sumberdaya digunakan untuk menunjukkan sesuatu faktor  abiotik misalnya ruang,  maupun biotik misalnya mangsa yang diperlukan oleh hewan.
  Ketersediaanya di lingkungan akan menjadi berkurang bila telah dimanfaatkan
  Hewan dalam kondisi hidupnya akan menempati kondisi sumberdaya lingkungan yang TIDAK KONSTAN, melainkan BERVARIASI menurut ruang (tempat) dan waktu. Lingkungan yang konstan hanya mungkin dijumpai di bagian dalam samudera, tanah dan digua-gua yang gelap.
  Perubahan Lingkungan menurut waktu secara garis besar  terdiri dari tiga macam :
  Bersifat  SIKLIK
  TERARAH
  TAK MENENTU (ERATIK)
  PERUBAHAN SIKLIK
  Suatu perubahan yang terjadi berulang secara berirama, seperti : malam dan siang, laut pasang dan surut, musim kemarau dan musim penghujan dan lain sebagainya
  PERUBAHAN TERARAH
  Suatu perubahan yang terjadinya berangsur-angsur, secara terus-menerus dan progresif menuju ke suatu arah tertentu.
  Proses berlangsungnya lama, melebihi panjang umur individu hewan yang hidup di lingkungan itu.
  Contoh :  Terjadinya erosi progresif garis pantai atau pengendapan lumpur di estuaria.
  PERUBAHAN ERATIK
  Suatu perubahan yang tak berpola dan tidak menunjukkan konsistensi mengenai arah perubahnnya.
  Contoh : Terjadinya banjir ataupun kebakaran hutan
  KARENA KETERSEDIAAN SUMBERDAYA MERUPAKAN FUNGSI DARI RUANG DAN WAKTU YANG BERBEDA-BEDA CORAKNYA, MAKA UNTUK MENDAPATKAN SESUATU SUMBERDAYA TERTENTU, HEWAN MELAKUKAN STRATEGI TERTENTU PULA YANG MUNGKIN BERBEDA DENGAN SUMBERDAYA LAIN
  HEWAN SEBAGAI ORGANISME HETEROTROF
  Hewan merupakan organisme HETEROTROF, karena tidak dapat mensisntesis materi organik dan energi (makanannya), dari sumberdaya lingkungannya yang berupa substansi-substansi anorganik. Heterotrof telah menyebabkan kehidupan hewan secara langsung ataupun tak langsung sangat bergantung pada tumbuh-tumbuhan.
  Dalam dunia HEWAN dikenal 3 macam NUTRISI Heterotrof:
  Holozoik, Saprozoik dan Parasitik.
  NUTRISI HOLOZOIK
  Dalam nutrisi tipe ini makanan, baik yang berupa tumbuhan ataupun jenis hewan lain, pertama-tama harus dicari dan didapatkan dulu, baru kemudian dimakan untuk selanjutnya dicerna sebelum dapat diabsorbsi dan dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh hewan. Untuk mencari dan mendapatkan perlu peranan berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot.  Selanjutnya untuk mengubah substansi makanan itu ke dalam bentuk yang dapat diabsorbsi, diperlukan peranan mekanisme pencernaan
  NUTRISI SAPROZOIK
  Dijumpai pada Hewan Protozoa, yang memperoleh nutrien-nutrien organik yang diperlukannya dari organisme-organisme yang telah mati, membusuk dan mengurai.  Nutrien-nutrien tersebut diabsorbsi melalui membran sel dalam bentuk molekul-molekul terlarut.
  SUHU
  Sebagai salah satu faktor lingkungan yang utama, suhu memberika efek yang berbeda-beda pada organisme-organisme di bumi ini.
  Variasi suhu lingkungan alami dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya dari sifat sikliknya (harian, musiman) dari kaitannya dengan letak tempat di garis lintang bumi atau ketinggian di atas permukaan laut dan kedalaman.
  Disamping itu dikenal variasi suhu alami dalam hubungan yang lebih akrab dengan organisme (Mikroklimatik).
  Terjadinya perubahan dari musim yang satu ke musim yang lain erat kaitannya dengan berubahnya posisi poros bumi relatif terhadap posisi matahari sebagai sumber panas lingkungan.
  Berdasarkan hukum fisika organisme dapat memperoleh panas dari lingkungan atau mengeluarkan panas ke lingkungan.
  Panas yang dihasilkan organisme merupakan salah satu produk dari proses-proses metabolisme dalam tubuh dan panas inilah yang merupakan sumber kemampuan organisme mengatur suhu tubuhnya
  Suatu klasifikasi yang didasarkan atas corak hubungan antara suhu tubuh hewan dengan suhu lingkungannya, memilah dunia hewan atas kelompok hewan POIKILOTERM dan HOMEOTERM
  Hewan POIKILOTERM suhu tubuhnya berubah-ubah mengikuti dan selaras dengan suhu lingkungannya
  Hewan HOMEOTERM suhu tubuhnya relatif konstan meskipun suhu lingkungan berubah-ubah, hal ini karena hewan ini mempunyai kemampuan untuk mengatur suhu tubuh secara fisiologis.
  EKTOTERMI
  Hewan-hewan POIKILOTERM, yaitu semua jenis hewan kecuali yang termasuk kelompok aves  dan Mamalia, merupakan hewan EKTOTERM.
  Ini berarti bahwa hewan-hewan tersebut sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya.
  Kemampuan mengatur suhu tubuhnya sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya.
  Konsep Waktu-Suhu
  Dari Sudut Pandan Ekologi ;
  Suhu lingkungan bagi hewan-hewan ektoterm tidak hanya berkaitan dengan aktivitasnya saja tetapi juga mengenai pengaruh terhadap laju perkembangannya.
  Dalam suatu kisaran suhu tertentu antara laju perkembangan dengan suhu lingkungan terdapat hubungan linier.
  Apabila diketahui mis : bahwa suhu ambang terjadinya perkembangan pada jenis belalang adalah 16 0C, dan pada suhu 20 0 C yaitu 4 0C diatas suhu ambang, lama perkembangan telur untuk menetas adalah 17.5 hari. Maka pada suhu 30 0C lama waktunya menetas 5 hari
  ENDOTERMI
  Hewan-hewan Homeoterm, seperti kelompok aves dan mamalia dalam kondisi suhu lingkungan berubah-0ubah, suhu tubuhnya konstan. Sebabnya karena hewan-hewan itu mempunyai daya yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (Endoterm).
  KISARAN TOLERANSI DAN FAKTOR PEMBATAS
  PERILAKU NALURIAH
  Secara umum perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit, khas spesies, terstereotipe, herediter dan terjadinya secara otomatis oleh induksi stimulus tertentu yang tepat.
  BELAJAR
  PENGKONDISIAN,
  PEREKAMAN,
  MENIRU,
  COBA-COBA,
  MENALAR.
       HABITAT SECARA UMUM MENUNJUKAN BAGAIMANA CORAKNYA LINGKUNGAN YANG DITEMPATI POPULASI HEWAN, atau SERING DIIBARATKAN SEBAGAI “alamat” DARI POPULASI HEWAN
       RELUNG EKOLOGI MENUNJUKKAN DIMANA DAN BAGAIMANA KEDUDUKAN POPULASI HEWAN ITU TERHADAP BERBAGAI FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK LINGKUNGANNYA, atau diibaratkan sebagai PROFESI di alamat itu.
Habitat (biotop) suatu Populasi Hewan :
Pada dasarnya menunjukkan totalitas corak lingkungan yang ditempati populasi itu. Tercakup  disini faktor-faktor abiotik berupa ruang, tipe substratum atau medium yang ditempati, cuaca dan iklimnya serta vegetasinya
       TIPE HABITAT MENURUT WAKTU
       TIPE HABITAT MENURUT RUANG :
       MIKROBABITAT
Menurut : Kendeigh, (1963):
Relung ekologi suatu (populasi, spesies) hewan adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempati berdasarkan adaptasi-adaptasi fisiologis, strukturalnya dan perilakunya
       Asas Eksklusi Persaingan dan Pemisahan Relung
       Aturan Gause atau Asas Eksklusi Persaingan :
       SATU SPESIES SATU RELUNG
       Konsepnya : Suatu Relung Ekologi Tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu Spesies.
       Asas Koeksistensi :
       Beberapa Spesies yang dapat hidup secara langgeng dalam habitat yang sama ialah spesises-spesises yang relaung ekologinya berbeda atau terpisah. Itu berarti menunjukkan adaptasi yang berbeda-beda
       Asas DIVERGENSI :
       Darwin (1859):
       Makin besar perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan berbagai spesises yang hidup di suatu tempat, makin besar pula jumlah spesises yang dapat hidup bersama di tempat itu.
       Materi 7-8
       Sebagai Organisme yang bersifat HETEROTROF, maka hewan selalu menggantungkan sumber makanannya pada organisme-organisme lain, baik berupa tumbuhan, jenis hewan lain ataupun materi organik produk organisme-organisme itu.
       Karena itu masalah makanan pada hewan-hewan merupakan masalah interaksi spesies hewan-tumbuhan atau hewan-hewan.
       MAKANAN HEWAN
       Palatabilitas “Kelezatan”
       Palatabilitas atau Kelezatan makanan sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan senyawa-senyawa kimia tertentu
(alkaloid, fenol-fenol, dll)
Senyawa-senyawa itu ada yang bersifat Toksik, atau meransang di luar kisaran toleransi hewan. Selain itu ada struktur-struktur yang menggangu, seperti bulu dan durinya atau lapisan kulit dari makanan hewan. Karena itu  kebanyakan hewan herbivor menunjukkan preferensi yang tinggi terhadap bagian tumbuhan yang lunak; pucuk, daun muda yang nilai palabilitanya tinggi
       Nilai Gizi
       Nilai Gizi makanan tergantung dari komponen dan banyaknya kandungan air, mineral-mineral, vitamin-vitamin, protein, karbohidrat dan lemak dalam makanan itu.
       Seandainya kekurangan komponen yang diperlukan itu berupa protein, dan hewan tidak dapat mengatasinya, maka hewan akan mengalami cekaman fisiologis.
       Daya Cerna
       Pemanfaatan makanan yang bernilai gizi tinggi oleh tubuh hewan sangat ditentukan oleh daya cerna. Daya cerna makanan ditentukan oleh bagaimana komposisi kimiawi dan rangka struktural makanan itu, serta bagaimana pula adaptasi-adaptasi fisiologis dan adaptasi struktural sistem pencernaan makanan hewan yang memakanannya. Misalnya hewan herbivor memerlukan enzim selulase, hewan karnivor enzim protease dan hewan omnivor memerlukan perangkat enzim pencernaan yang lebih engkap.
       Ukuran Makanan
       Ukuran makanan, baik yang berupa organisme lain atau potongan materi organik bagi hewan-hewan herbivor, parasit ataupun saprovor, tidak merupakan masalah dalam memperoleh dan menanganinya.
       Tidak demikian halnya bagi hewan-hewan karnivor (predator, pemangsa) yang makanannya berupa hewan lain.
       STRATEGI MENCARI MAKAN
       Menurut teori MENCARI MAKAN OPTIMUM
       Strategi hewan dalam mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin dengan resiko seminimal mungkin
       Jaring-jaring Makanan Hewan
       Membuat Tugas Mandiri Setelah praktek
       Buatlah suatu contoh tentang hubungan makan-memakan sesama hewan pada suatu ekosistem atau dalam satu komunitas
DEFINISI
POPULASI, didefiniskan sebagai himpunan individu-individu suatu spesies organisme yang terdapat di suatu tempat pada
suatu waktu
Dari definisi di atas tampak bahwa satuan terkecil pembangun populasi adalah INDIVIDU.
Ciri-ciri Dasar Populasi
Ciri-ciri Biologi
Ciri-ciri Statistik
Kelimpahan dan Kerapatan Populasi
Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan popuasi itu
Kerapatan atau kepadatan populasi suatu spesises hewan adalah rata-rata jumlah individu per satuan luas area (m, Ha, Km, dsb) atau per satuan  volume medium (per cc, liter, air, dsb) atau per satua berat medium tempat hidup (per g, kg, tanah, dsb).
 Dalam hal-hal tertentu kerapatan lebih memberikan makna bila dinyatakan persatuan habitat atau mikrohabitat.
Misalnya, sekian individu cacing usus per individu inang, sekian individu larva Dacus sp, sekian individu wereng per rumpun padi, dll
Intensitas dan Prevalensi
Ditinjau secara lebih luas, kelimpahan populasi sesuatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda :
Aspek intensitas, menunjukkan aspek tinggi-rendahnya kerapatan populasi dalam area-area yang dihuni spesises.
Aspek prevalensi, menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang ditempati spesises dalam konteks daerah yang lebih luas
Penyebab Kelangkaan
Suatu spesies yang terlokalisasi dan intensitasnya rendah dikategorikan sebagai Sepies LANGKAH
Kelangkaan suatu spesies dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebab :
1. Area yang dihuni spesies menjadi sempit atau jarang
2. Tempat-tempat yang dapat dihuni spesies hanya cocok-huni dalam waktu yang singkat saja
3. Tempat-tempat yang secara potensial dapat dihuni, menjadi tidak dapat ditempati akibat kehadiran spesies lain yang merupakan pesaing, parasit atau predator
4. Dalam area yang dapat dihuni, ketersediaan sumber daya penting seperti makanan dan tempat untuk berbiak secara aman menjadi berkurang
5. Variasi genetik spesies relatif sempit sehingga kisaran tempat yang dapat dihuninya terbatas
6. Plastisitas fenotip individu-individu spesies rendah, sehingga kisatran tempat yang dapat dihuninya terbatas
7. Kehadiran populasi spesies lain yang merupakan pesaing, predator dan parasit menekan tingkat kelimpahan populasi spesies hingga rendah sekali, jauh di bawah tingkat kelimpahan yang sebenarnya dimungkinkan oleh ketersediaan sumberdaya.
Pengukuran Tingkat Kelimpahan Populasi
Cara mengukur atau cara membuat taksiran (estimasi) kelimpahan populasi suatu spesies hewan banyak macamnya. Faktor penentu penting dalam pengukuran, Harus dilihat apa Tujuan dan keperluan pengukuran, ukuran tubuh hewan dan mobilitas serta perilaku umumspesies hewan yang diselidiki. Selain ketersediaan waktu dan tenaga serta ketrampilan pelaksanaan pengukuran.
Metode-metode Pengukuran
Metode Cuplikan Kuadrat
Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali
(Capture-Mark-Recapture Method)
Metoda Lincoln-Petersen
Dalam bentuk yang paling dasar dan sederhana mencakup dua kali pencuplikan.
Semua individu hewan yang diperoleh dari pencuplikan kesatu ditandai, lalu dilepaskan kembali dan jumlahnya dicatat.
Setelah selang waktu tertentu yang tidak memberikan peluang timbulnya individu-individu baru hasil perbiakan- dilakukan penangkapan kembali (pencuplikan kedua) di area yang sama secara acak
Maka Taksiran besar populasi yang di cari :
Taksiran Besar Populasi ( N ):
Indeks Linoln-Petersen :
                                     n M                M2.n(n-m)
                       ^N =  --------- +  √ -----------------
                                       m                    m 3
Dimana :M =Jumlah yg dicatat
                 n = Jumlah hasil penangkapan kedua
                 m = jumlah yang bertanda
Asumsi-asumsi Pokok dalam Metoda
Menagkap-Menandai-Menangkap-Menandai kembali.
1. Individu-individu yang bertanda maupun tak bertanda peluangnya sama untuk ditangkap secara acak
Tanda yang digunakan tidak hilang dan dapat dikenali selama periode pengamatan
Laju kematian pada individu-individu bertanda tidak berbeda dengan individu-individu yang tidak bertanda.
Metoda Pemindahan
Metoda Pemindahan atau Penghilangan meliputi pencuplikan (penangkapan) yang dilakukan beberapa kali dengan cara sama. Pada setiap kalinya, individu-individu hasil penangkapan dihilangkan dari populasi.
Asas yang mendasari metoda ini ialah, jumlah individu yang tertangkap dan diambil pada setiap kali penangkapan akan mempengaruhi penagkapan-penangkapan berikutnya.  Laju berkurangnya hasil penangkapan itu akan proporsional terhadap jumlah total dalam populasi.
Penentuan Kelimpahan Relatif
  1. Penggunaan Perangkap, yang bermacam-macam tipenya. Misalnya, perangkap jebak, perangkap cahaya, perangkap hidup yang menggunakan umpan atau yang tidak, dll.
      Jumlah individu hasil tangkapan berkorelasi dengan tingkat kelimpahan populasi, populasi aktivitas hewan dan daerah jelajah hewan serta efektivitas perangkap yang digunakan. Indeks kelimpahan dinyatakan dalam purata jumlah individu per satuan waktu per perangkap.
2. Penggunaan jala , baik yang berupa jala serangga, jala tebar, jala kabut, dll
3. Penghitungan pelet tinja (yang relatif baru) dari misalnya bangsa rusa, kijang, kelinci, tikus, kambing, dsb. Bila jumlah total pelet segar di suatu area dan juga purata laju produksinya (laju defekasi) per individu per satuan waktu diketahui, maka kerapatan atau kelimpahan absolutnya dapat ditaksir melalui perhitungan.
4. Penghitungan hasil tangkapan per satuan usaha. Misalnya indeks kelimpahan ikan di laut pada suatu perioda dapat dinyatakan dalam berat atau jumlah ikan per 100 jam memukat dengan satu kapal pukat.
5. Penghitungan jumlah artefak, dengan hal ini indeks kelimpahan ditaksir dari penghitungan jumlah “tanda bukti” atau jejak hasil aktivitas hewan, misalnya yang berupa sarang, lubang, cerobong, bekas garukan, kepompong kosong, dsb.
6. Penghitungan frekuensi vokalisasi; di sini indeks kelimpahan dinyatakan dalam angka frekuensi bunyi atau teriakan per satuan waktu. Misalnya, vokalisasi berjenis-jenis kera, bajing, burung, dsb.
7. Sensus tepi jalan (“roadside count”), misalnya dengan mencacah jumlah kera, burung dan hewan yang agak besar lainnya yang tampak di kiri-kanan jalan sejarak tertentu, yang dilalui dengan berjalan ataupun berkendaraan (mobil, perahu, dll)
8. Pengukuran daya makan; misalnya, perubahan kelimpahan populasi diukur dari perubahan banyaknya umpan yang dimakan (tikus, kelinci, dll)
9. Penggunaan manusia sebagai umpan; misalnya untuk menentukan kelimpahan relatif nyamuk, jumlah nyamuk (betina) yang hinggap dan menggigit lengan selama rentang waktu tertentu dihitung. Indeks kelimpahan yang diperoleh secara berkala dalam rentang waktu lama, dapat memberikan informasi yang penting mengenai pola perubahan kelimpahan populasi nyamuk itu.
10. Pengisian kuesioner, misalnya oleh para pemburu, pengail, penjerat, dsb, mengenai jumlah hasil buruan dan tangkapan (yang dilakukan dengan cara yang sama, dalam rentang waktu yang sama). Hasil kuesioner yang cukup andal dapat memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan besar yang terjadi pada kelimpahan populasi hewan.
       INTERAKSI POPULASI
       Populasi dua spesies dapat berinteraksi, yang pada dasarnya seperti gabungan antara ; interaksi yang tidak ada/tidak bermakna, menunjukan interaksi pertumbuhan, kelangsungan kehidupan, atau sifat populasi lain yang menguntungkan, dan atau interaksi yang sifatnya menunjukkan pertumbuhan  yang terhambat
Interaksi populasi dapat dibedakan menjadi :
       Interaksi Negatif dan Interaksi Positif
       Ada 2 Prinsip yang perlu diperhatikan mengingat kedua kategori di atas :
       1. Dalam evolusi dan perkembangan ekosistem, maka interaksi negatif cenderung diminimumkan sehingga memberi jalan untuk simbiosis positif yang memungkinkan kelangsungan kehidupan spesies yang berinteraksi,
       2.Asosiasi masa kini atau yang baru, lebih mengembangkan koaksi negatif yang ganas daripada asosiasi yang lama.
       TIPE INTERAKSI
1.NEUTRALISME :
       Kedua populasi tidak saling mempengaruhi
2. KOMPETISI TIPE INTERFERENSI LANGSUNG
Hambatan langsung tiap=tiap spesies oleh spesies lainnya
3. KOMPETISI TIPE PEMANFAATAN SUMBERDAYA
Hambatan tidak langsung bila sumber daya yang digunakan bersama tersedia tidak banyak
4. AMENSALISME :
Populasi yang satu dihambat, dan populasi kedua tidak terpengaruh
5. PARASITISME :
Populasi yang satu sebagai parasit biasanya lebih kecil daripada populasi kedua yang adalah hospernya
6. PEMANGSAAN :
Populasi yang satu sebagai pemangsa umumnya lebih besar daripada mangsanya
7. KOMENSALISME :
Populasi yang satu sebagai komensal memperoleh keuntungan, sedangkan populasi yang kedua hospes tidak terpengaruh oleh populasi yang satu
8. PROTOKOPERASI :
Interaksi menguntungkan kedua belah pihak tetapi tidak merupakan keharusan (Obligatory)
9. MUTUALISME :
Interaksi menguntungkan kedua belah pihak dan merupakan keharusan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar